Monday 11 October 2010

Agent untuk pemadaman kebakaran hutan otomatis dengan pesawat tidak ber-awak

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Kecerdasan Buatan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan hutan terbesar yang sebagian besarnya berada di pulau Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Maka dari itu, ancaman pada kelangsungan lahan hutan adalah bentuk ancaman yang serius untuk ditangani dengan lebih baik. Salah satu bentuk ancaman itu adalah musibah alam, dimana salah satu musibah alam yang berkaitan langsung dengan hutan adalah kebakaran hutan.

Kebakaran hutan telah merugikan Indonesia khususnya dalam hal berkurangnya lahan hutan yang juga menjadi produsen oksigen, bahkan saat ini Indonesia dipilih oleh forum internasional sebagai paru-paru dunia, untuk itu diperlukanlah penanganan yang sangat khusus pada masalah ini.

Dalam hal pemadaman kebakaran hutan, Indonesia memang telah mempersiapkan teknologi dalam menangani masalah ini seperti misalnya digunakannya pesawat terbang yang mengangkut karbon dioksida cair untuk memadamkan api secara manual oleh pilot. Namun, apakah hal ini sudah cukup?

Berangkat dari masalah ini, saya sebagai penulis berusaha untuk memberikan masukan kepada pemecahan masalah ini dengan merancang sebuah agent. Mengapa sebuah agent diperlukan? Karena melihat dari keterbatasan manusia yang memiliki pikiran, emosi, dan juga tingkah polah yang kadang sulit ditebak. Lalu bagaimana agent ini bekerja? Semua ini akan saya jabarkan dalam bentuk tulisan saya.


Agent untuk pemadaman kebakaran hutan otomatis dengan pesawat tidak ber-awak.


Agent type :

pesawat tidak ber-awak


Percepts :

kamera dengan image processing, sensor panas, GPS, GIS, radar, sonar


Actions :

terbang, patroli dan siaga di udara, mencari titik api, memadamkan api, mendarat


Goals :

terbang dengan aman, menemukan titik api, api dipadamkan, mendarat dengan selamat


Environment :

darat, udara, hutan


Penjelasan :

Pesawat tidak ber-awak yang digunakan untuk pemadaman kebakaran hutan haruslah dapat terbang dengan aman. Agar aman, maka pesawat tidak ber-awak dapat menerima informasi dari radar dan sonar mengenai ketinggian minimun pesawat dapat terbang dan menghindari tabrakan dengan objek daratan. GPS dapat membantu agent pesawat tidak-berawak untuk menentukan rute patroli dan siaga di udara. Saat terjadi kebakaran, sensor panas akan memberitahukan letak titik api yang ditemukan dengan bantuan GPS. Untuk mengetahui luas lahan yang terbakar, peran kamera dengan image processing diperlukan disini untuk dapat memberikan data GIS.

Action agent pesawat tidak ber-awak dalam memadamkan kebakaran hutan antara lain sama halnya dengan pesawat ber-awak yang digunakan untuk memadamkan kebakaran hutan. Seperti, agent harus dapat terbang dengan aman, kemudian ber-patroli dan siaga di udara untuk menhadapi masalah kebakaran hutan. Kemudian ketika ditemukan titik api, agent diharapkan dapat memadamkan api sebesar wilayah kebakaran yang ditunjukkan kamera dengan image processing dalam GIS. Dan terakhir, agent harus dapat mendarat dengan aman untuk keperluan yang dibutuhkan.


Performance Measure/Goal :

- Take-off dengan baik

- Mengudara dengan aman

- Efektif dalam berpatroli dan siaga di udara

- Diandalkan untuk mencari titik api

- Memadamkan api dengan efektif dan efisien

- Landing dengan baik


Lingkungan tempat agent bertugas :

- Pada hutan tropis?

- Pada saat cuaca buruk?

- Pada daerah dingin?

No comments:

Post a Comment